Mengejar Senja



Senja yang memerah mewarnai wajah bumi mengudang kerinduan dihati yang nyaris pudar dan melupakan warnai padi di kampung halaman untuk kembali mencium bau lumpur sawah dan melihat betapa indahnya sisa cahaya senja yang masih kemerahan. Burung-burung gereja berkicau dan berlomba-lomba meninggalkan tanaman padi setelah mengisap beberapa isi dari butir padi yang belum serentak menguning.

Senja semakin memerah, ratusan burung gereja telah berterbangan meninggalkan sawah menuju sarang-sarang mereka dengan disiplin seakan-akan ada dari mereka komando yang terlatih memberikan arahan untuk pulang bersama-sama. Warna senja perlahan-lahan menghilang sehingga suasana Dunia mulai terlihat gelap. Sahut-sahut petani masih saja terdengar mengusir burung-burung gereja yang masih mengisap padi-padi yang setengah menguning itu.

Berbagai suara bunyi-bunyian yang terbuat dari bambu, yang terpasang pada orang-orang sawah juga masih dengan merdunya mengeluarkan nada yang entah sejak kapan orang-orang sawahan dan bunyi-bunyian dari berbagai jenis itu di ciptakan, cukup bermodalkan angin dan tali untuk menarik orang-orangan sawah. Burung yang bertengker dipadi pun akan terbang karena ketakutan.

Hamparan sawah yang begitu luas semakin memperlihatkan keindahannya. Seorang bocah dan bapaknya juga terlihat masih duduk santai pada rumah-rumah sawah panggung yang tak berdinding. Rumah-rumahan sawah yang dibangung dipematang sawah menambah keindahan alam persawahan ketiga aging meniup perlahan pohon jambu yang tepat berdiri kokoh di pinggir rumah sawah.

Hari pun telah gelap, satu persatu petani mulai meninggalkan aktivitas mereka menuju ke kediaman mereka. Seorang anak yang masih terlihat jelas walaupun matahari sudah mulai tertidur dengan asiknya mengikuti sapi yang ditarik bapaknya dimana dijari-jari sang bapak terselip sebatang rokok pilter.

Indahnya, suasana desaku kapan lagi momori ini berulang lagi dimana anak-anak desa dengan mainan yang masih serba tradisonal bermain dengan serunya. Tak ada Game online seperti yang digunakan anak-anak yang hidup di daerah perkotaan, tak ada hendpon ditangan yang ada hanya dua kaleng yang dibolong salah satu sisinya lalu dihubungkan dengan benang.