Sebagai wartawan perisiwa yang paling mengecewakan, adalah peristiwa penolakan oleh narasumber untuk diwawancarai, penolakan ini mungkin dilakukan karena mungkin narasumber tak ingin menjadi saksi suatu peristiwa yang akan menyebabkan ia akan di panggil polisi atau ke pengadilan atau juga ia mungkin takut mendapat teguran dari atasannya jika dia seorang pejabat disuatu departeman atau instansi atau karyawan di suatu perusahaan.
Selain alasan tersebut masih banyak lagi alasan narasumber tidak mau diwawancar. Tetapi kewajiban wartawan di belahan dunia mana pun tetap sama yaitu menemukan fakta-fakta yang demi kepentingan umum harus di beritakan. Dalam situasi-situasi seperti ini wartawan tidak boleh menyerah. Jika seorang narasumber sengaja menghindari wartawan dengan tidak mejawab telepon, menutup telepon atau main petak umpet dengan wartawan, sesungguhnya orang tersebut akan rugi sendiri.
Dalam menghadapi situsi seperti ini si wartawan dalam menulis beriwa diwajibkan juga memasukkan dalam berita "bahwa narasumber menolak untuk berbicara." Tentunya dengan menyebut narasumber berhasil dihubungi tetapi menolak untuk diwawancarai atau menolak untuk berbicara.
Menghadapi nara sumber yang menolak diwaancarai atu berbicara, sebaiknya anda memberitahu narasumber tersebut bahwa penolakannya itu akan diberitakan juga. Pengalaman yang selama ini saya dapatkan biasanya setelah pembrtahuan seperti itu saya sampaikan narasumber mengurunkan niatnya untuk tidak berbicara sehingga apa pun yang anda inginkan akan diberikan.
Tidak jarang pula narasumber yang menolak diwawancarai karena takut ucapan-ucapannya ditangkap atau dikutip secara keliru seperti yang ia baca dalam berita-berita yang beedar di media massa. Menghadapi narasumbr seperti ini seorang wartawan harus memperlihatkan sikap yang mengesankan kepercayaan di pihak narasumber.
Tetapi cara melakukan pendekatan pun sangat menentukan dalam pembukaan mulut narasumber, katakanlah kepad dia bahwa tujuan mewawancarai dia didasari itikad yang baik oleh niat mencari keterangan secara akurat dan berimbang.
Jika seorang wartawan berhasil meyakinkan, maka narasumber akan berterima kasih bahwa akhirnya ia dapat berbicara kepada seseorang yang menaruh simpati terhadapnya dan memberikn kesempatan kepadanya berbicara menurut versinya sendiri untuk menjelaskan fakta sebenarnya. Hal lain yang sering dijumpai dalam pengalaman melakukan wawancara ialah perilaku suka menggertak dan membual di pihak narasumber.
Beruntung kalau wartawannya memiliki sedikit informasi yang tidak diharapkan narasumber. Dengan memasukkan informasi ini secara cerdik ke dalam wawancara, seorang wartawan dapat membendung nafsu si narasumber untuk menggertak dan mebual. Tetapi sebaliknya jika wartwan tidak memiliki pengetahuan untuk menggertak narasumbernya. Ini artinya membuat front yang harus dilakukan dengan berani untuk melawan pernyataan dengan pernyataan. Nah itu sebabnya persiapan sebelum wawancara harus dilakukan dengan seksama.