Perlidungan terhadap hak pribadi untuk mendapatkan informasi yang benar juga harus diperhatikan dalm upaya wartawn mecari sudut atau angle berita yaitu fokus yang akan dijadikan tema berita. setiap berita harus memilii angle yang kuat agar menarik perhatian pembaca, seperti halnya foto berita harus memiliki enyecatching yang kuat yaitu, menarik mata pembaca untuk melihatnya.
Upaya menemukan angle ini tidak mudah. Pencarian seringkali tidak membuahkan hasil, misalnya pertandingan sepak bola, peristiwa kebakaran, dan pertemuan-pertemuan selalu mengikuti pola-pola yang sudah tetap. Meskipun peristiwa-peristia demikian sering menawarkan angle-angle yang perlu mendapatkan perhatian wartawan, tetapi pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa tersebut kedengarannya tidak beda dengan berita-berita yang pernah ditulis.
Tidak jarang dalam situasi yang rutin seperti ini, wartawan sering terseret ke dalam penyimpangan profesional, yaitu, mengembangkan tema-tema yang menyesatkan. Dalam penulisan berita olahraga misalnya, ketika televisi malam hari sudah membabat habis sudut-sudut beritanya yang menarik, wartawan cenderung membesar-besarkan komentar yang diucapkan oleh pelatih tim yang menang (atau yang kalah) dengan melupakan laporan tentang pertandingan itu sendiri.
Maka pembaca pun akan disuguhi yang itu-itu juga seperti, "Kalau wasit tidak berat sebelah, pemain kami pasti mencetak gol lebih banyak," kata pelatih. Setelah memilih angle yang menyesatkan itu, pengembagan berita pun membelok ke hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pertandingan yang diliput. Kalau sudah begini, keprofesionalan si wartawan pun benar-benar ternodai dan kepentingan pembaca untuk mendapatkan informasi yang benar yang seharusnya dilindungi menjadi terabaikan.