Persiapan Sebelum Wawancara

Setiap kali kita akan melakukan wawancara tentunya harus mempunyai persiapan seperti, peralatan untuk wawancara antaranya alat tulis menulis dan alat perekam. setelah "Senjata" kita siap buatlah janji sebelum menemui sumber yang akan diwawancara tujuannya agar sumber bisa memberikan semua informasi yang diinginkan serta membuat nara sumber lebih siap saat wawancara.

Namun tentunya membuat janji tidak diperlukan jika dalam keadaan mendesak seperti peristiwa kebakaran atau aksi unjuk rasa. Namun yang ingin saya bahas disini adalah melakukan wawancaran pada tempat-tempat yang adem. Wawancara adem biasanya narasumbernya berada pada ruangan-ruang ber-AC, contoh narasumbernya Presiden, Gubernur, Walikota/Bupati dan Pejabat-pejabat lainnya serta Bos-bos Perusahaan.

Dengan membuat janji sebelum melakukan wawancara selain memberikan keleluasaan dan kesiapan pada calon nara sumber pada saat proses wawancara, nara sumber dan kita juga akan lebih nyaman.oh iya sebelum menemui nara sumber ingat periksa kembali senjata-senjata yang akan dibawah soalnya senjata-senjata ini fungsinya sangat penting. bayangkan jika seorang tentara yang pergi kemedan perang hanya membawa senyata setelah tiba di medan senjata yang dibawanya tidak memiliki peluru????

Setelah semuanya siap usahakan tetap menjaga kepercayaan nara sumber dengan datang tepat waktu sesuai kesepakatan. Saat bertemu dengan nara sumber jangan langsung todong dengan pertanyaan tapi basa-basi dulu lah walaupun kita tergesa-gesa, baru masuk pada pokok wawancara, hindari hal-hal yang tidak disenangi oleh nara sumber. Yang perlu diingat sikap sopan tetap harus dijaga soalnya ini juga yang menentukan kelancaran dalam wawancara.Kesan yang baik di diri nara sumber merupakan modal penting untuk wawancara selanjutnya.

Saat wawancara berlangsung biasakan untuk mendengarkan dengan seksama. Salah satu tujuan wawancara adalah menjelaskan sesuatu kepada audiens. Jika topik wawancara menggunakan istilah sains, selalah dengan sopan untuk menjelaskan kata-kata yang tidak dipahami ini. Jangan mengambil kesimpulan sendiri dengan istilah sains, hukum atau ekonomi. Bukanlah hal yang memalukan Anda tidak mengetahui sesuatu.

Cepat atau lambat anda akan mengajukan pertanyaan berat yang mungkin enggan dibahas. Ketika Anda mulai mengajukan pertanyaan provokatif, jawabannya kemungkinan pendek, tidak berguna untuk wawancara atau dijawab secara berhati-hati. Mungkin kita tidak mendapatkan jawaban yang dinginkan. Jika Anda berhadapan pandang orangnya dan tak perlu mengatakan sesuatu. Dalam banyak kasus, nara sumber akan segera merasa tidak nyaman dan mulai berbagi informasi lagi. Jika tidak berjalan sesuai rencana maka tanya lagi apakah nara sumber bisa menjawab pertanyaan tadi. Atau ajukan lagi dalam bahasa yang lebih bisa dipahami dan tidak memojokkan. Ingat wawancara ini bisa bernilai kalau nara sumber mengemukakan sesuatu yang sedang dinanti oleh pembaca.

Lakukan kontak mata, ini perlu karena ketika kita memandang langsung mata atau muka nara sumber akan terjadi interaksi. Kalau kita kebanyakan memandang catatan atau bahkan menulis jawaban sembagi teralu banyak melihat alat perekam maka wawancara akan terhambat karena kurangnya atmosfir komunikasi Anda dengan nara sumber.

Buat cataan ringkas saja sehingga Anda lebih banyak menatap kepada nara sumber. Suasana ini akan membuat suasana wawancara menjadi seperti mengobrol akrab dan rileks. Meskipun misalnya nara sumber menjengkelkan atau menghindar menjawab pertanyaan sulit. Kita tidak bisa memaksa karena secara profesional pewawancara harus mencari jalan dengan berbagai pertanyaan dan sedikit berputar-putar dulu agar kembali bisa mengarahkan pertanyaan-pertanyaan inti.

Tidak ada salahnya kita menghimpun semua pertanyaan yang diperlukan karena sudah ada saran dari editor atau rekan sejawat namun mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh nara sumber dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kalau nara sumber didampingi orang lain yang bisa bicara atas nama lembaganya bisa juga dicoba mungkin mereka mau menjelaskan sesuatu yang tampaknya tidak begitu lengkap oleh nara sumber utama. Tentu saja sikap yang terhormat apabila kita mengucapkan terimkasi atas kesempatan yang telah diberikan kepada kita. 

Saya pribadi sering menemui nara sumber yang tidak terlalu mengerti tenis sehingga harus memanggil beberapa bawahannya mendampingi saat wawancara berlangsung. Setelah wawancara dianggap telah selesai yang terpenting lagi, cek catatan kita sebelum meninggalkan nara sumber mumpung masih bersama dengan nara sumber jangan sampai saat menulis berita bahan kita masih kurang.

Lagi-lagi periksa nama, lokasi, kejadian, angka-angka atau fakta lain yang mungkin bisa terlupakan. Rapikan lagi dan perhatikan akurasinya. Jika perlu minta nara sumber yang menulis sendiri namanya. Yang terakhir ingin saya sampaikan jangan lupa minta nomor telpon nara sumber tujuan seperti diatas jika ada yang kurang saat sementara menulis kita bisa menghubungi nomor tersebut kapan saja.