Mengapa "Orang Gila" menjadi Angle dalam coretan ini? Orang Gila yang hampir setiap saat kita temukan di sudut-sudut kota bahkan tak jarang mereka ditemukan di tengah-tengah kota sambil berjalan menyusuri jalan-jalan propinsi serta menembus lorong-lorong perumahan. "Siapa yang peduli dengan meraka" mungkin kata itu yang pantas buat orang-orang terbuang ini.
Tapi bagi Kono-Kono'si dalam coretan-coretan angle "Orang Gila" menjadi hal yang unik untuk diangkat kepermukaan dan begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari orang yang katanya tidak berakal ini oleh orang 'Normal'. Bagi pembaca mungkin saja mengangkap penulis sudah masuk dalam komunitas "Orang Gila" sehingga mengangkat cerita ini kepermukaan.
Jika pembaca sepakat jika penulis yang lagi mencoret-coret telah gila. Penulis sepakat. Oke mari kita mulai mengangkat sedikit kisah orang-orang gila semoga saja mereka yang tidak Gila bisa belajar dari orang Gila dan bukan sebaliknya sehingga dapat ditarik kesimpulan siapa sebenarnya yang gila disini penulis, pembaca atau angle yang dibahas.
Tempat sampah dan lokasi kumuh, biasanya menjadi tempat hidupnya orang gila, rambut acak-acakan Gimbal menjadi ciri khas mereka yang saat ini model rambutnya banyak diikuti orang-orang waras dan menjadi trendi. Bergaya acak-acakan dan cuek dengan penampilan menjadi bahagian dari penampilan mereka, ada tidak komunitas yang seperti ini cuek dengan penampila.
Selanjutnya yang paling sadis dan sering didengar dan diliat diberita-berita kriminal ada seorang ibu atau bapak yang tega membunuh anak mereka karena himpitan ekonomi, bahkan tak sedikit orang yang katanya tidak "Gila" mati kelaparan. Pernahka anda mendengar ada "Orang Gila" yang mati karena kelaparan? mungkin yang bisa saya, anda dan semuanya bisa petik disini "Orang gila saja bisa makan dan hidup." Orang Gila ini hidup tidur dimana saja yang mereka sukai tak ada beban mengejar-ngejar. Mereka selalu hidup dengan tersenyum tak ada beban.
Orang Gila akan sedikit saya hubung-hubungkan dengan Negara, "Nyambung tidak nyambung harus nyambung," fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh Negara begitu yang tertulis dalam kitab Suci Negara Indonesia yang bernama Undang-Undang. Nah, Orang Gila siapa yang memelihara dan ada tidak aturan yang mengatur.
Saya juga mau bertanya bagi yang memiliki saudara, kelaurga atau teman yang "GILA" jika anda sementara berada ditempat keramaian terus keluarga anda yang GILA tiba-tiba muncul dan ada yang menanyakan identitas Orang Gila itu, mauka Anda mengakui, jika "Orang Gila" itu kelaurga anda?.
Hingga hari ini "Orang Gila" itu, masih ada kira-kira 20 Tahun yang lalu saat penulis masih duduk di bangku Sekolah Dasar, hampir setiap hari saat pulang dari sekolah "Orang Gila" itu mengais-ngais sampah yang ada di belakang sekolah, mencari sisa kertas, dan pulpen bekas yang telah dikumpulkan oleh bujang sekolah.
Sambil tersenyum dia dengan sabar mengais-ngais, setelah apa yang dicarinya telah ditemukan maka dia berdiri dan melanjutkan perjalanan yang tak ada tujuannya itu, sambil memengan kertas dan pulpen yang telah didapatnya, entah apa yang dia tulis dan diman hasil coret-coretnya itu dia simpang, hanya dia yang tau. Dia memang Gila tapi dia tidak bodoh rutinitas yang sama setiap saatnya terus dilakukannya berjalan dibadan jalan sambil menulis seakan-akan telah tersimpan rapi di Otaknya yang mungkin tidak berfungsi maksimal lagi jika berjalan itu harus dipinggir, kalau mau selamat.
Puluhan tahun dia tidak terlihat lagi, setelah Kabupaten yang hampir menjadi Kota itu, penulis tinggalkan dan saat penulis datang lagi "Orang Gila" itu masih ada dan segar bugar aktifitasnya masih seperti itu. Seakan-akan dia menjadi penyimpan memoriku. Masa-masa indah sewaktu kecil teringat lagi karena "Orang Gila" itu. Terima Kasih "Orang Gila" kau telah mengembalikan masa indahku sewaktu kanak-kanak dulu dan engkau akan menjadi inpirasiku untuk terus menulis karena dengan mengingatmu semua kenagan sewaktu kecil dulu dapat kuingat. (*)