Korban kecelakaan lalu lintas didominasi usia produktif.
Lalu lintas Kota Makassar kini kian padat. Ditambah dengan ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan para pengguna jalan terhadap rambu–rambu lalu lintas, maka angka kecelakaan pun kian tinggi. Pada 2010, tercatat jumlah kasus laka lantas 440 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 118 jiwa dan luka berat hingga cacat sebanyak 162 orang.
Selama 2011, tepatnya dalam kurun waktu 11 bulan terhitung sejak Januari hingga 22 November 2011, kasus laka lantas mencapai 1085. Dengan rincian 168 orang meninggal dunia yang notabene 52 persen dari korban tersebut adalah generasi muda usia produktif, yaitu antara 11-30 tahun.
Tak mengherankan, sekitar 62,5 persen kecelakaan bisa mengakibatkan penderitaan dan kemiskinan baik bagi korban maupun keluarganya. Dan 108 persen atau sekitar 1165 di antaranya adalah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan baik sebagai korban maupun tersangka. Semua ini, berawal dari ketidakdisiplinan.
Contohnya, pada saat mengendarai kendaraan cenderung melebihi kecepatan yang ditetapkan, kelebihan muatan, berboncengan tiga orang tanpa helm, belum cukup umur, zig zag dan ugal-ugalan, tabrak lari, dan lain-lain. Bahkan, banyak pengendara sepeda motor adalah anak di bawah umur sebagaimana fenomena yang muncul belakangan ini.
Kejadian seperti ini tentunya kita tidak boleh mempersalahkan polisi lalu lintas, guru di sekolah jika tidak memberikan pendidikan dan tata cara dalam berkendaraan yang baik dan akibat yang dapat ditimbulkan jika berkendaraan tidak sesuai dengan aturan. Begitu pun anak yang menjadi objek pelanggaran tidak boleh disalahkan mengapa melakukan pelanggaran dalam berlalu lintas.
Korban kecelakaan lalu lintas khususnya jenis sepeda motor yang dialami pengendara di bawah umur yang telah mencapai 52 persen tidak perlu terjadi jika semua orang tua bersikap disiplin dan tegas dalam mendidik anak-anak mereka bukan sebaliknya, memanjakan anak-anak yang belum cukup umur mengendarai sepeda motor.
Pernahkah seorang bapak atau ibu sebelum mengizinkan anak-anak mereka mengendarai sepeda motor merenung dan membayangkan bagaimana sakit dan memilunya jika anak-anak yang menjadi kebanggaan, semua cita-citanya kandas disebabkan kepalanya hancur tergilas ban truk sementara si anak selama ini telah banyak memperlihatkan prestasi bagi keluarga.
Tulisan ini berisi ajakan kepada semua orang tua yang memiliki anak masih di bawah umur memberikan kehangatan dan perhatian dengan cara mendidik anak anak dengan cara yang benar yakni tidak memberikan izin kepada anak mengendara sepeda motor mengingat saat ini sepeda motor telah menjadi mesin pembunuh nomor satu dijalanan. Teruslah melakukan pengawasan terhadap anak jangan biarkan keluyuran pada malam hari dengan mengendarai sepeda motor sendiri atau berboncengan dengan teman-temannya demi mencegah anak-anak kita terlibat dalam aksi balapan liar yang saat ini sering terjadi di Kota Makassar.
Puluhan bahkan ratusan nyawa anak di bawah umur sepanjang tahun 2011 ini telah melayang sia-sia. Pertanyaannya lagi-lagi siapa yang harus di persalahkan kalau bukan kembali keorang tua, didiklah anak dengan baik karena mereka generasi penerus yang akan memimpin bangsa ini.
Lalu lintas Kota Makassar kini kian padat. Ditambah dengan ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan para pengguna jalan terhadap rambu–rambu lalu lintas, maka angka kecelakaan pun kian tinggi. Pada 2010, tercatat jumlah kasus laka lantas 440 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 118 jiwa dan luka berat hingga cacat sebanyak 162 orang.
Selama 2011, tepatnya dalam kurun waktu 11 bulan terhitung sejak Januari hingga 22 November 2011, kasus laka lantas mencapai 1085. Dengan rincian 168 orang meninggal dunia yang notabene 52 persen dari korban tersebut adalah generasi muda usia produktif, yaitu antara 11-30 tahun.
Tak mengherankan, sekitar 62,5 persen kecelakaan bisa mengakibatkan penderitaan dan kemiskinan baik bagi korban maupun keluarganya. Dan 108 persen atau sekitar 1165 di antaranya adalah pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan baik sebagai korban maupun tersangka. Semua ini, berawal dari ketidakdisiplinan.
Contohnya, pada saat mengendarai kendaraan cenderung melebihi kecepatan yang ditetapkan, kelebihan muatan, berboncengan tiga orang tanpa helm, belum cukup umur, zig zag dan ugal-ugalan, tabrak lari, dan lain-lain. Bahkan, banyak pengendara sepeda motor adalah anak di bawah umur sebagaimana fenomena yang muncul belakangan ini.
Kejadian seperti ini tentunya kita tidak boleh mempersalahkan polisi lalu lintas, guru di sekolah jika tidak memberikan pendidikan dan tata cara dalam berkendaraan yang baik dan akibat yang dapat ditimbulkan jika berkendaraan tidak sesuai dengan aturan. Begitu pun anak yang menjadi objek pelanggaran tidak boleh disalahkan mengapa melakukan pelanggaran dalam berlalu lintas.
Korban kecelakaan lalu lintas khususnya jenis sepeda motor yang dialami pengendara di bawah umur yang telah mencapai 52 persen tidak perlu terjadi jika semua orang tua bersikap disiplin dan tegas dalam mendidik anak-anak mereka bukan sebaliknya, memanjakan anak-anak yang belum cukup umur mengendarai sepeda motor.
Pernahkah seorang bapak atau ibu sebelum mengizinkan anak-anak mereka mengendarai sepeda motor merenung dan membayangkan bagaimana sakit dan memilunya jika anak-anak yang menjadi kebanggaan, semua cita-citanya kandas disebabkan kepalanya hancur tergilas ban truk sementara si anak selama ini telah banyak memperlihatkan prestasi bagi keluarga.
Tulisan ini berisi ajakan kepada semua orang tua yang memiliki anak masih di bawah umur memberikan kehangatan dan perhatian dengan cara mendidik anak anak dengan cara yang benar yakni tidak memberikan izin kepada anak mengendara sepeda motor mengingat saat ini sepeda motor telah menjadi mesin pembunuh nomor satu dijalanan. Teruslah melakukan pengawasan terhadap anak jangan biarkan keluyuran pada malam hari dengan mengendarai sepeda motor sendiri atau berboncengan dengan teman-temannya demi mencegah anak-anak kita terlibat dalam aksi balapan liar yang saat ini sering terjadi di Kota Makassar.
Puluhan bahkan ratusan nyawa anak di bawah umur sepanjang tahun 2011 ini telah melayang sia-sia. Pertanyaannya lagi-lagi siapa yang harus di persalahkan kalau bukan kembali keorang tua, didiklah anak dengan baik karena mereka generasi penerus yang akan memimpin bangsa ini.